Rabu, 11 Mei 2011

Refleksi Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika dengan Bp. Marsigit Melalui Tanya Jawab

1.Belajar filsafat kita belajar mempelajari hakikat, lalu siapa yang mempelajari hakikat filsafat?
Filsafat di dalamnya ada ontologi, aksiologi, dan epistemology. Maka mempelajari hakikat filsafat sama saja mempelajari ontologinya ontologi, aksiologi, dan epistemologi. Selain itu juga mempelajari epistemologinya ontologi, aksiologi, dan epistemologi. Serta mempelajari epistemologinya ontologi, aksiologi, dan epistemologi.
Ontologinya ontologi : hakikat dari hakikat
Ontologinya epistemologi : hakikatnya cara. Bagi orang jawa ritual yang biasa dilakukan oleh mereka sudah dibakukan, tidak ada benar tidak ada salah tetapi merupakan etik dan estetikanya epistemologi.
Ontologinya aksiologi : hakikatnya aksiologi
Epistemologinya ontologi : kalau mempelajari hakikat apa metodenya.
Epistemologinya epistemologi : kebenaran metode
Epistemologinya aksiologi : aksiologi bisa sebagai objek, nilai, atau hakikat. Mempelajari sumber-sumber aksiologi yaitu etik dan estetika.
Aksiologinya ontologi : value dari ontologi
Aksiologinya epistemologi : mengkritisi cara
Aksiologinya aksiologi : bicara tentang etik secara etik

2.Bagaimana cara mengajak shalat?
Mengajak shalat bukanlah hal yang mudah, karena mengajak shalat dimensinya sudah ada pada taraf dimensi spiritual. Dimensi komunikasi sendiri ada empat tingkatan, dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi yaitu material, formal, normatif, dan spiritual. Orang yang mampu mengajak shlat dapat dianggap sebagai guru spiritual. Yang ditekankan di sini adalah mampukah guru spiritual mengajarkan sekaligus mengajar ? Tentunya karena fungsi guru spiritual tidak hanya memberitahu tetapi juga harus mampu mengajak. Di sini guru spiritual potensi dosanya besar jika dia tidak mampu mengajar

3.Bagaimana caranya agar hati mampu mengendalikan pikiran?
Agar hati mampu mengendalikan pikiran maka caranya adalah memperbaiki adab-adab beribadah seperti memperbaiki adab berwudhu, adab dalam shalat, berpuasa, dan ibadah yang lainnya. Mohon ampun dan memperbanyak dzikir juga merupakan cara yang mampu membersihkan hati kita sehingga debu-debu yang menempel padanya hilang, sehingga hati kita tidak tenggelam. Harapannya dalam melakukan apapun kita mempertimbangkan apa yang ada di hati kita.

4.Seberapa krusial peran filsafat bagi pembenahan Negara?
Filsafat adalah penjelasan, orang yang berfilsafat adalah orang yang mampu menjelaskan, termasuk menjelaskan carut marut bangsa. Orang berfilsafat mampu menjelaskan bahayanya pendidikan karakter. Karakter itu sifatnya dari siapa untuk siapa, dan tanpa kita sadari ternyata semua hal itu ada karakternya seperti karakter pencopet, karakter penjajah belanda, karakter seorang kakak terhadap adiknya, karakter orde lama, karakter orde baru, termasuk karakter guru tradisional. Bagi orang yang berfilsafat NII sedang membangun karakter, membangun kuasa. Orang yang berfilsafat mampu memikirkannya sehingga orang yang berfilsafat dapat lepas dari jeratan cuci otak.

5.Bagaimana memahami karakter siswa?
Memahami karakter siswa dapat dilakukan dengan cara berkomunikasi, maksudnya guru harus mampu menjalin komunikasi yang baik dengan siswanya karena dengan berkomunikasilah kiata dapat memahami karakter orang lain. Komunikasi antara siswa dengan guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti komunikasi pada saat pembelajaran berlangsung guru dapat melakukan tanya jawab, diskusi kelas dan sebagainya. Tentunya komunikasi antara guru dan siswa dapat dilakukan tidak hanya di dalam kelas yaitu pada saat pembelajaran berlangsung tetapi juga dapat menggunakan media yang tersedia seperti internet, contohnya pemanfaatan blog, facebook, email, dan lain-lain. Hal ini tentu sangat memudahkan komunikasi antar guru dan siswa, dan harapannya guru dapat memahami karakter siswa.

6.Fenomena dalang cilik apakah relevan ditonton oleh orang dewasa?
Wayang memuat aksiologi tetapi juga memuat epistemologi. Dalang cilik terbatas di ontologi, mungkin boleh dalam epistemologi dan aksiologi tetapi tidak dalam critical thinking karena hanya meniru kebiasaan orang dewasa. Sehingga dalam melakukannya dalang cilik tidak berdasarkan pengalaman. Hal ini menyebabkan dalang cilik hanyalah separoh dunia, sedang separoh dunia wayang yang lainnya adalah dalang dewasa yang berdasarkan pengalaman.

7.Bagaimana menghilangkan panik dan gugup?
Panik bias datang dari dalam hati dan dari dalam pikiran. Sekecil-kecilnya panik yang datangnya dari dalam hati adalah godaan syaitan, maka kita harus memperbanyak istighfar dan mohon ampun. Sebesar-besar panik yang datangnya dari dalam pikiran adalah bakal/calon ilmu pengetahuan, maka kita harus berdo’a dan berserah diri dengan khusyuk. Dengan kata lain agar panik dan gugup tidak menghantui hati dan pikiran kita maka kita harus mendekatkan diri kepada Tuhan YME dengan melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan ketaqwaan kita kepada-Nya.

8.Bagaimana hubungan filsafat dan sejarah?
Filsafat mencakup hal-hal yang sudah terjadi, yang sedang terjadi saat ini, dan hal-hal yang belum terjadi. Dengan berfilsafat kita dapat memikirkan hal-hal ruang dan waktu yang berbeda. Sedangkan pada sejarah hanya mencakup hal-hal yang sudah terjadi, membicarakan masa lampau dan kejadian-kejadian yang terjadi pada zaman dahulu kala. Sejarah tidak mencakup hal-hal yang sedang terjadi saat ini dan hal-hal yang mungkin terjadi. Terlihat bahwa filsafat cakupannya lebih luas dari pada sejarah, bahkan dapat dikatakan bahwa sejarah ada di dalam filsafat.

9.Apa filsafatnya gending jawa?
Gending jawa dipandang sebagai suatu harmoni. Salah satu harmoni adalah sadar akan ruang dan waktu. Gending jawa yang terdiri atas 50 instrumenmasing-masing berfungsi sendiri-sendiri tetapi antara yang satu dengan yang lainnya terhubung secara harmoni. Contohnya saja hubungan gendang dan gong, mereka mempunyai satu suara yang mirip dengan suara bedug. Jika kita pikirkan lebih lanjut, fenomena ini dapat kita artikan bahwa masing-masing dari gendang maupun gong tidak bersifat individual, mereka tidak ingin mencari kerasnya sendiri tetapi menyelaraskan dengan lingkungan seperti suara angin, burung, kupu-kupu, hujan, dan sebagainya. Itulah harmoni dari suara gong dan gendang, begitu pula dengan instrument yang lain saling menciptakan harmoni.

10.Bagaimana Syeh Siti Jenar bisa sampai menganggap dirinya sebagai Tuhan?
Pada saat beribadah kepada Tuhan dan kita telah mampu mencapai puncaknya, pada saat itu kita akan merasa menyatu dengan Tuhan. Bahayanya apabila kita tidak mampu mengendalikan pikiran kita dan menumbuhkan kesombongan. Syeh Siti Jenar temakan oleh kesombongannya sehingga dia menganggap bahwa dirinya adalah Tuhan.

11.Bagaiman kriteria orang yang bijaksana?
Orang berfilsafat untuk mencapai bijaksana, tetapi tidak ada seorangpun yang dapat mencapai bijaksana, kecuali para Nabi dan Rasul karena sesungguhnya yang maha bijaksana adalah Tuhan YME. Menurut filsafat barat orang bijaksana yang berfilsafat adalah orang yang berilmu, jadi menurut mereka orang yang mencari ilmu adalah orang yang bijaksana. Menurut filsafat timur orang bijaksana yang berfilsafat adalah orang berilmu, menerapkan ilmunya, punya rasa, karsa. Jadi menurut filsafat timur orang yang bijaksana adalah orang yang berusaha membagikan ilmunya kepada orang lain contohnya guru.

12.Bagaimana mengajarkan kepada siswa agar siswa dapat memahami materi?
Di dalam filsafat “mengajarkan” itu dianggap tidak benar. Guru bukan mengajar tetapi bagaimana agar siswa belajar. Sehingga guru harus mampu mendesain kegiatan belajar mengajar yang di dalamnya menuntut siswa untuk belajar.

13.Bagaimana agar siswa kreatif?
Syarat dasar agar siswa kreatif adalah merdeka. Merdeka di sini maksudnya siswa diberi kebebasan untuk berkreasi dan mengekspresikan kreativitasnya selama tidak melanggar peraturan yang ada. Selain merdeka siswa jugaperlu dikondisikan dan difasilitasi. Guru juga ditunutt untuk kreatif sehingga dapat memotifasi siswa untuk mekspresikan kreatifitas mereka. Namun fenomena yang terjadi di Indonesia adalah kalau mahasiswa takut kepada dosen akan menyebabkan mehasiswa tidak kreatif, tetapi kalau tidak takut kepada dosen dapat menyebabkan mahasiswa menjadi kurang ajar. Sehingga harapannya mahasiswa tidak takut kepada dosen tetapi bertanggungjawab.

14.Apakah filsafat selalu menjunjung kesopanan terhadap ruang dan waktu?
Filsafat memang menjunjung kesopanan terhadap ruang dan waktu tetapi bisa saja mengabaikan ruang dan waktu. Contohnya pada saat kita sedang kuliah kita mengabaikan ruang dan waktu di rumah. Dalam filsafat hal ini juga diperlukan karena sesungguhnya kita tidak dapat terhindar dari reduksi.

15.Hati dan pikiran apakah harus seimbang?
Dalam filsafat perssepktif segala sesuatu ada dimensinya. Begitu juga dengan hati, ada meterialnya hait, ada formalnya hati, normatifnya hati, dan spiritualnya hati. Begitu pula yang terjadi di dalam pikiran. Sehingga antara hati dan pikiran juga ada dimensinya. Dalam prakteknya dalam kehidupan sehari-hari ketika kita akan melakukan sesuatu kita harus memikirkannya dengan pikiran kita tetapi juga harus mempertimbangkan apa yang ada di hati kita agar apa yang kita lakukan bukan hal yang semata-mata dilakukan tanpa kesadaran.

1 komentar: