Di dalam ontologi kita mengenal berpikir intensif dan ekstensif, sedang di dalam epistemologi ada benar, ada salah, dan di dalam aksiologi ada baik, tak baik, etik, tak etik, dan sebagainya. Jika kita pahami maka di antara ketiganya itu ada vital, fatal, subjektif, objektif, subjek, predikat, bejo, cilaka, logos, mitos, yang akan datang, sekarang, dan yang lalu. Semua itu akan membentuk dimensi. Jika sampai n dimensi maka di antara kutub-kutubnya akan terjadi interaksi. Contohnya interaksi antara filsafat, filsafat pendidikan matematika sampai pada penerapannya.
Berikut adalah refleksi hasil tanya jawab antar mahasiswa PMAT UNY dengan Bp. Marsigit pada perkuliahan filsafat pendidikan matematika terkait hal di atas :
Mahasiswa A : Seberapa besar pengaruh masa lalu terhadap masa depan?
Jika dari sisi sejarah maka kita dapat mengatakan bahwa masa lalu berpengaruh 100% terhadap masa depan. Sedangkan kaum fondamentalis berpendapat bahwa tidak ada salahnya kita belajar dan berusaha mulai dari sekarang, tidak ada kata terlambat jika kita mau berusaha. Maka sebaiknya kita berusaha melakukan apa yang bisa kita lakukan saat ini sebaik mungkin sehingga tidak ada penyesalan di esok hari, karena kita akan melihat bahwa apa yang sudah kita lakukan adalah yang terbaik.
Mahasiswa B : Bagaimana membedakan vital dan fatal?
Vital dan fatal tidak untuk dibedakan tapi untuk dimengerti, dilaksanakan, dan dijalani sehingga pada akhirnya aku dapat mengerti bahwa ternyata setiap hal dalam diriku ada unsur fatal dan vital.
Mahasiswa C : Bagaimana mengetahui keselarasan saya dengan alam?
Alam yang aku alami adalah duniaku, sehingga aku tidak dapat memikirkan apa yang dialami orang Eskimo. Begitu juga jika apa yang terjadi padaku ku ceritakan pada orang lain maka hanya sebatas logika saja. Mereka tidak dapat mengetahui apa yang aku rasakan saat itu. Mereka hanya dapat memikirkan tetapi tidak dapat merasakan. Interaksi yang terjadi antara pikiran kita dengan alam adalah melalui komunikasi dari komunikasi material, formal, normatif, dan spiritual dalam segala level bentuk intensif dan ekstensifnya.
Mahasiswa D : Bagaimana kita tahu kalau jodoh ada di tangan Alloh?
Menurut protinus segalanya adalah kuasa Tuhan. Sehingga segala sesuatu adalah kuasa Tuhan termasuk jodoh adalah kuasa Tuhan.
Mahasiswa E : Bagaimana tradisi ketika orang meninggal?
Dalam filsafat ada pertanyaan yang harus dijawab meskipun ada jawabannya.
Mahasiswa F : Bagaimana jika kita hanya berpikir intensif saja?
Jika kita hanya berpikir intensif saja maka akibatnya kita hanya memperoleh separoh dunia karena separoh dunia yang lain adalah berpikir ekstensif. Namun jika kita hanya berpikir intensif saja tanpa melakukannya maka kita juaga hanya memperoleh separoh dunia karena separoh dunia yang lain adalah pengalaman.
Mahasiswa G : Bagaimana hubungan agama dengan budaya?
Agama menjelaskan hubungan Tuhan dengan ciptaan-Nya. Di dalam agama kita dapat menemukan adanya budaya. Budaya di sini dapat dipandang sebagai kebiasaan. Tata aturan yang berlaku di dalam agama akan dilaksanakan oleh pengikutnya sehingga menjadikan hal itu sebagai kebiasaan dan lama-lama membudaya. Begitulah agama dapat menciptakan budaya. Namun, tidak akan ada agama di dalam budaya seperti yang diinginkan oleh orang kafir yang berusaha mencari agama di dalam budaya.
Mahasiswa H : Bagaimana mengajak agar tidak menyontek?
Orang yang suka mencontek adalah orang yang penyakitan karena mencontek adalah penyakit. Sehingga seseorang yang sukanya mencontek normatifnya bermasalah, formalnya bermasalah, materialnya bermasalah, begitupun dengan spiritualnya bermasalah. Begitu juga dengan ada, mengada, dan pengadanya, ketika mengadanya plagiat maka ada, mengada, dan pengadanya bermasalah. Namun walaupun demikian, tindakan mencontek bukanlah hal yang mudah untuk ditinggal bagi beberapa orang. Parahnya ketika seseorang mengajak untuk tidak mencontek maka orang tersebut dianggap buruk bahkan dijauhi. Di sini si pengajak berniat baik tapi respon yang dia peroleh tidak selalu seperti yang diharapkan, sehingga di sini kita membutuhkan pertolongan Tuhan YME agar teman kita yang terbiasa mencontek diberi petunjuk sehingga akhirnya sadar kalau apa yang dia lakukan tidak baik dan dia mau memperbaiki diri.
Mahasiswa I : Bagaimana menghilangkan penilaian yang subjektif?
Salah satunya adalah dengan mengguanakn alat dan teknologi. Tetapi dalam pelaksanaannya kita harus mempertimbangkan apa yang akan dinilai, siapa yang dinilai dan menilai, karena itulah dunia penilaian. Sehingga dalam melakukan proses penilaian sudah mempertimbangkan kelemahan-kelemahan teknik penilaian yang kita gunakan.
Mahasiswa J : Bagaimna agar hidup kita lebih dekat dengan keberuntungan?
Untung tidaknya orang yang satu dengan orang yang lain itu tidak dapat disamakan. Beruntungnya seorang pejuang dengan beruntungnya filsuf itu berbeda, berbeda pula dengan beruntungnya manusia biasa. Yang membedakan perbedaan itu adalah ukurannya. Beruntung bagi seseorang belum tentu dianggap beruntung bagi orang lain, karena pada dasarnya kebutuhan orang yang satu dengan orang yang lainnya itu berbeda-beda, sehingga ukuran keberuntungn bagi tiap-tiap orang juga berbeda.
Mahasiswa K : apakah kita boleh bermitos?
Pada dasarnya kita selalu diikuti oleh mitos-mitos sehingga sebenarnya kita tidak dapat terlepas dari mitos, tapi tergantung pada kita apakah kita mampu terbebas dari mitos atau malah akan termakan oleh mitos-mitos kita sendiri. Seorang anak kecil yang belum mengetahui ilmu-ilmu yang ada dalam kehidupan kita maka bagi mereka ilmu-ilmu tersebut hanyalah mitos belaka. Tentunya karena mereka tidak tahu untuk apa ilmu tersebut ada, dan mereka hanya sekedar mengikuti saja. Sehingga bagi mereka ilmu itulah mitos-mitos mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar